DELEGASI RUSIA DUKUNG GAGASAN DEKLARASI BANDUNG
Delegasi Parlemen Rusia mendukung dikeluarkannya gagasan Deklarasi Bandung pada Asian Parliamentary Assembly (Sidang Parlemen Asia) ke-4. Hal itu disampaikan Anggota Delegasi Rusia Rudik G. Iskuzhin pada pertemuan bilateral dengan Ketua DPR RI Marzuki Alie, yang didampingi Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen Hidayat Nur Wahid, Rabu (9/12) di Bandung.
Rudik mengusulkan gagasan itu ditambahkan dengan kata Spesial Deklarasi Bandung. Penambahan ini dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kesinambungan keberhasilan yang dicapai pada 54 tahun yang silam.
Apalagi di Bandung ini, tepatnya di gedung Merdeka, pernah berkumpul generasi pertama dari Pemimpin Negara-negara Asia-Afrika untuk menghadiri Konferensi Asia Afrika (KAA). Sejumlah keputusan-keputusan penting lainnya juga telah banyak dihasilkan dari gedung yang bersejarah ini.
Rudik berharap di kota yang sama inilah akan dihasilkan keputusan-keputusan penting bagi negara-negara Asia, khususnya yang tergabung dalam Anggota Parlemen Asia.
Dia menambahkan, Rusia juga telah banyak mendukung Indonesia dalam hal politik. Seperti saat pelaksanaan sidang APA yang lalu dimana Indonesia mengajukan draft tentang terorisme untuk dimasukkan dalam salah satu keputusan, Rusia medukung penuh draft tersebut hingga berhasil masuk dalam salah satu resolusi.
Namun Rudik berharap, Deklarasi Bandung yang akan dihasilkan dari Sidang APA ke-4 ini nantinya tidak dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Karena menurutnya, hasil Deklarasi ini merupakan pencerminan dari pendapat negara-negara Asia yang menghasilkan keputusan penting.
Ketua DPR RI Marjuki Alie mengapresiasi dukungan delegasi Rusia untuk melahirkan gagasan Deklarasi Bandung. Selama ini, hubungan bilateral Republik Indonesia dengan Federasi Rusia semakin berkembang setelah penandatanganan Declaration of the Republic of Indonesia and the Russian Federation on the Framework of Friendly and Partnership Relation in the 21st Century, yang ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Vladimir V. Putin, 21 April 2003 di Moskow.
Dokumen tersebut, kata Marjuki, membentuk landasan baru hubungan kerja sama strategis dalam tingkatan global, regional dan bilateral.
Sementara dalam bidang ekonomi Marjuki menjelaskan, volume perdagangan RI-Rusia periode Januari-Mei 2009 adalah US$ 175,74 juta. Angka ini menurut Marjuki memang mengalami penurunan sebesar 74 persen dibandingkan periode yang sama pada 2008 (US$ 701,07 juta).
Pada periode ini, katanya, RI mengalami surplus sebesar US$ 39,81 juta dengan nilai ekspor US$ 107,77 juta dan impor sebesar US$ 67,96 juta. Komoditas utama ekspor RI ke Rusia terdiri dari minyak dan protein hewani, peralatan kelistrikan, teh dan kopi, rokok, sepatu, pakaian, coklat, mesin, karet dan lain-lain.
Marjuki menambahkan, untuk meningkatkan kerjasama investasi, telah ditandatangani Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Russian Federation on the Promotion and Protection of investments, di Jakarta 6 September 2007.
“Kerjasama investasi ini terus dijajaki,” kata Marjuki. Beberapa perusahaan RI dan Rusia telah menandatangani persetujuan, seperti Pertamina, dan lukOil, PT Antam dan Rusal , PT Minang Jordaindo dan Chelyabinsk Tractor Plant. Demikian pula rencana investasi Rusia dalam proyek pembangunan jalur kereta api dan terminal laut tambang batu bara di Kalimantan. (tt,si,nt)